Salah satu bisnis yang memiliki prospek cerah adalah usaha fotocopy, dikatakan cerah karena hampir semua orang membutuhkan jasa fotocopy untuk keperluan dokumentasi baik saat akan mengurus surat kenegaraan atau bagi pelajar/mahasiswa yang akan melakukan copy materi pelajaran.
Namun, banyak calon pengusana fotocopy mundur dengan teratur saat akan membuka usaha ini, alasannya perlu modal besar dan hitung-hitungan untung ruginya bikin kepala pusing.
Oleh sebab itu, hari ini kita akan membahas tentang analisan keuntungan usaha fotocopy agar anda para calon pengusaha fotocopy dapat lebih yakin dalam menjalankan usaha ini.
Dalam analisa ini, ada tiga point penting yang harus diperhatikan. Yaitu modal awal, modal berjalan dan omset.
1. Modal awal
Modal awal adalah biaya yang dibutuhkan untuk mengadakan semua aset yang diperlukan untuk kelangsungan usaha fotocoopy. Aset tersebut antara lain ;
2. Modal berjalan
Modal berjalan adalah biaya yang dikeluarkan secara terus menerus saat usaha masih berpoerasi, biaya ini juga disebut biaya operasional karena terus dikeluarkan hampir tiap bulan. Antara lain ;
3. Omset
Untuk omsetnya, itu bervariasi tergantung dari ramai tidaknya usaha yang akan digeluti. Kita hitung secara kasarnya saja
Perhitungan laba rugi usaha fotocopy
Laba = omset – modal operasional = 5.400.000 – 1.350.000 = Rp. 4.050.000,-
BEP (break event point) = modal awal : laba bersih = 22.250.000 : 4.050.000 = 5,5 bulan.
Artinya, modal awal yang anda keluarkan saat pengadaan aset akan kembali dalam kurun waktu 5,5 bulan dengan catatan pendapatan alias omset tidak turun dari yang diperhitungkan.
Satu hal lagi yang patut anda ketahui, hitung-hitungan diatas itu hanya berlaku untuk jasa fotocopy, laminating dan penjilidan. Sementara omset penjualan ATK belum dimasukan, artinya keuntungan usaha fotocopy bisa jauh lebih besar dari apa yang dituliskan diatas.
Namun, perlu ditekankan kalau usaha ini sangat bergantung pada penentuan lokasi. Kalau lokasinya strategis, maka perencanaan akan berjalan bahkan hasilnya akan berangsur meningkat. Tapi kalau lokasinya saja sudah payah, pasti kedepannya anda akan keteteran sendiri sehingga umur usaha anda tidak akan bertahan lama.
Oleh sebab itu, sebelum anda benar-benar membangun bisnis ini, habiskan banyak waktu anda untuk mensurvey lokasi. Bukan hanya ramainya saja yang dicari tapi cari juga yang persaingannya rendah. O.K itu saja yang bisa saya bagikan, selebihnya semoga bisa bermanfaat.blo
Namun, banyak calon pengusana fotocopy mundur dengan teratur saat akan membuka usaha ini, alasannya perlu modal besar dan hitung-hitungan untung ruginya bikin kepala pusing.
Oleh sebab itu, hari ini kita akan membahas tentang analisan keuntungan usaha fotocopy agar anda para calon pengusaha fotocopy dapat lebih yakin dalam menjalankan usaha ini.
Analisa Usaha Fotocopy
Dalam analisa ini, ada tiga point penting yang harus diperhatikan. Yaitu modal awal, modal berjalan dan omset.
1. Modal awal
Modal awal adalah biaya yang dibutuhkan untuk mengadakan semua aset yang diperlukan untuk kelangsungan usaha fotocoopy. Aset tersebut antara lain ;
- Mesin fotocopy (Canon IR 2004 = Rp. 19.000.000,-)
- Etalase toko = Rp. 1.000.000,-
- Alat potong kertas = Rp. 250.000,-
- Laminator = Rp. 1.000.000,-
- Perlengkapan lain = Rp. 1.000.000,-
- Total = Rp. 22.250.000,-
2. Modal berjalan
Modal berjalan adalah biaya yang dikeluarkan secara terus menerus saat usaha masih berpoerasi, biaya ini juga disebut biaya operasional karena terus dikeluarkan hampir tiap bulan. Antara lain ;
- Sewa tempat = Rp. 500.000/bulan
- Listrik = Rp 500.000,-
- Toner ( 1 Kg/18.000 lembar) = Rp. 150.000,-
- Kertas F4 30 Rim (30 x 500 lembar) = Rp. 1.500.000,-
- Kertas A4 30 Rim (30 x 500 lembar) = Rp. 1.500.000,-
- Total Rp 1.350.000,-
3. Omset
Untuk omsetnya, itu bervariasi tergantung dari ramai tidaknya usaha yang akan digeluti. Kita hitung secara kasarnya saja
- Fotocopy F4 1 Rim/Hari dengan tarif Rp 150,- = 500 x 150 x 30 = Rp 2.250.000,-/bulan
- Fotocopy A4 1 Rim/Hari dengan tarif Rp 150.-= 500 x 150 x 30 = Rp. 2.250.000,-/bulan
- Jasa jilid dan laminating perhari 2 dengan tarif 10.000 dan 5.000 rupiah = (2 x 10.000 x 30) + (2 x 5.000 x 30) = Rp. 900.000,-
- Maka omsetnya sekitar Rp. 5.400.000,-
Perhitungan laba rugi usaha fotocopy
Laba = omset – modal operasional = 5.400.000 – 1.350.000 = Rp. 4.050.000,-
BEP (break event point) = modal awal : laba bersih = 22.250.000 : 4.050.000 = 5,5 bulan.
Artinya, modal awal yang anda keluarkan saat pengadaan aset akan kembali dalam kurun waktu 5,5 bulan dengan catatan pendapatan alias omset tidak turun dari yang diperhitungkan.
Satu hal lagi yang patut anda ketahui, hitung-hitungan diatas itu hanya berlaku untuk jasa fotocopy, laminating dan penjilidan. Sementara omset penjualan ATK belum dimasukan, artinya keuntungan usaha fotocopy bisa jauh lebih besar dari apa yang dituliskan diatas.
Namun, perlu ditekankan kalau usaha ini sangat bergantung pada penentuan lokasi. Kalau lokasinya strategis, maka perencanaan akan berjalan bahkan hasilnya akan berangsur meningkat. Tapi kalau lokasinya saja sudah payah, pasti kedepannya anda akan keteteran sendiri sehingga umur usaha anda tidak akan bertahan lama.
Oleh sebab itu, sebelum anda benar-benar membangun bisnis ini, habiskan banyak waktu anda untuk mensurvey lokasi. Bukan hanya ramainya saja yang dicari tapi cari juga yang persaingannya rendah. O.K itu saja yang bisa saya bagikan, selebihnya semoga bisa bermanfaat.blo